ilustrasi: arif images/outdoor learning SD Islam Al Azhar 11 Surabaya |
Ketika saya hendak
memasuki sekolah tiba-tiba langkah saya terhenti saat melihat salah satu murid
saya yang sedang menangis. Ibunya pun lantas meminta tolong saya untuk membujuk
anak itu agar masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kebetulan
saya adalah guru pendamping kelas di kelas anak itu. membutuhkan waktu agak
lama untuk membujuk anak tersebut, maklum saja dia baru seminggu menginjak
kelas satu yang notabene masih membutuhkan dampingan dari orangtua dan anak itu
masih merasa kurang percaya diri. Sekitar 20 menitan saya membujuk anak
tersebut dan akhirnya ia mau masuk sekolah meskipun dalam keadaan berair mata.
Setibanya di depan kelas
ia kembali menangis dengan alasan takut masuk kelas. Saya pun penasaran. Saya
ajak duduk anak itu dan saya alihkan perhatian dengan mengajaknya bermain game
yang ada di dalam hand phone saya. Sekitar 5 menit dia menikmati sekali
permainan itu. setelah dirasa cukup stabil emosinya saya ajak dia berbicara.
Saya ajukan pertanyaaan, “ kenapa kamu tidak mau masuk kelas?”. Anak itu pun
menjawab hanya dengan satu kata, yaitu takut. Maklum saja, hal ini lazim terjadi pada anak yang baru masuk sekolah dasar. Ia masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dalam masa peralihan dari tingkat TK yang dipenuhi dengan "bermain" menuju sekolah dasar yang mulai dikenalkan belajar "serius". Saya pun berusaha menyakinkan anak itu bahwa
pembelajaran hari ini tidak akan membuatnya kesulitan, hari ini kita akan
belajar sambil bermain. Saya mencoba membujuknya agar dia merasa nyaman
ketika berada di dalam kelas.
Dari potongan cerita di
atas kita perlu merenung, memahami, dan menghayati bagaimana kita sebagai
seorang pendidik harus memahami arti sebuah pendidikan. Pendidik di sini tidak
hanya terbatas pada guru saja tetapi juga pada orangtua sebagai pendidik di
keluarga. Sebisa mungkin menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman kepada
anak. Ketika di sekolah, maka yang berkewajiban menciptakan suasana tersebut
adalah guru. Tetapi, ketika anak berada di rumah peran serta orangtua dan
keluargalah yang bisa membuat suasana
rumah menjadi hangat, penuh kasih sayang dan perhatian sehingga anak merasa
dilindungi, diperhatikan dengan maksimal. Ibnu Khaldun memaparkan dalam
mukadimahnya bahwa barang siapa yang tidak terdidik oleh orang tuanya, maka
akan dididik oleh zaman. Maksud dari uraian di atas adalah orangtua (baik
orangtua kandung atau guru sebagai orangtua di sekolah) memunyai andil yang besar
terhadap terbentuknya karakter anak. Anak menganggap bahwa orangtuanyalah yang
akan menjadi inspirasi baginya kelak. Sehingga orangtua dituntut untuk
memberikan suri teladan yang baik kepada anaknya jika ingin anaknya kelak
menjadi pribadi yang tangguh, memunyai daya juang yang tinggi, dan kesalehan
yang imani.
![]() |
Cak Arif |
Pendidikan tidak hanya
merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi
pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia secara sadar menangkap,
menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman. Pembelajaran
bisa kita lakukan di mana saja. Tidak harus terikat dengan kelas. Seorang
pendidik patutlah merencanakan pembelajaran inovatif, kreatif, efektif untuk
memunculkan pemikiran-pemikiran yang luar biasa pada anak didiknya. Guru harus
bisa melejitkan potensi yang dimiliki oleh anak. Sekiranya anak yang ditangani
kurang berprestasi dalam hal akademik, maka guru harus jelih melihat potensi
lain yang miliki anak sehingga dapat melejitkannya menjadi potensi yang luar
biasa.
Kelas hanyalah sebuah
fasilitas penunjang pembelajaran, tetapi bukan berarti proses belajar hanya
terkungkung pada ruangan kelas saja. Guru bisa memanfaatkan ruang lain untuk
proses belajar seperti halnya lapangan sekolah, halaman sekolah, koridor,
atapun kamar mandi bisa kita jadikan tempat pembelajaran bagi guru yang
memunyai kreatifitas. Semisal ketika guru menerangkan lingkungan sehat. Guru
bisa membawa murid ke kamar mandi dan menunjukkan bagaimana lingkungan yang
sehat. Sehingga anak bisa belajar secara kontekstual. Guru memberi stimulus
kepada siswa bagaimana tindakan kita apabila melihat lingkungan sekitar kita
tidak sehat?. Bagaimana cara penanganan yang harus dilakukan? Dari situlah akan
muncul tanggapan dari anak didik kita sehingga melatih jiwa kritis dan peduli
terhadap lingkungan sekitar. Pembelajaran di kelas memang perlu akan tetapi
jangan mematikan ide kreatifitas Anda sebagai pendidik untuk memberikan
pengalaman belajar yang inovatif pada murid Anda.
Sebagai pemimpin di
kelasnya, guru seyogyanya berani keluar dari sekat-sekat yang selama ini belum
banyak dilakukan oleh guru-guru kita. Kebanyakan dari para guru memusatkan
pembelajarannya di kelas sehingga anak kurang memunyai pengalaman belajar yang
bermakna. Guru harus memunyai rencana-rencana yang inovatif untuk memunculkan
sinergi yang kuat pada muridnya. Ketika guru terbatas oleh waktu dan kendala
yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran di luar, maka guru bisa
menyampaikan informasi yang ada di luar ke dalam kelas dengan cara yang penuh
makna. Setelah itu, guru merancang kegiatan yang tak terbatas sehingga di rumah
maupun lingkungan sekitar rumah murid mampu mentransformasikan ilmu ke dalam
kehidupannya. Di sinilah nilai pendidikan yang sebenarnya yaitu mengubah
perilaku manusia yang semula tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan pun tidak
hanya terbatas pada nilai-nilai akademik saja yang belum tentu bisa diandalkan
ketika anak terjun ke dalam masyarakat. Maka, pentinglah usaha pembelajaran
yang penuh pengalaman yang bermakna kepada anak agar mampu mengaktualisasikan
dirinya.
Di sinilah perlunya guru
agar segera berhijrah, dalam artian berhijrah dari pola belajar secara sentral
(di kelas) menjadi pola belajar tak terbatas (tidak hanya di kelas saja). Gaya
belajar yang monoton membuat anak cepat bosan dan kurang bergairah ketika
melihat kita memasuki kelasnya. Anak akan merasa apatis sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Guru harus keluar dari kotak yang menghambat
muridnya untuk mengeluarkan semua kemampuannya. Perencanaan pembelajaran harus
dirancang dengan baik, memperhatikan kondisi siswa dan materi ajar. Apabila
dalam prosesnya guru bisa melebihi apa yang sudah direncanakan kenapa tidak
dilakukan saja. Perencanaan pembelajaran hanyalah salah satu administrasi
kependidikan saja, manakala kita bisa berbuat lebih dari itu, maka hasil yang
kita inginkan pun akan mudah terealisasi. Guru yang mengerti arti dari hijrah,
akan selalu menyiapkan rencana yang luar biasa untuk anak didiknya. Ia akan
selalu memperbarui ilmunya maupun strategi pembelajaran sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan zaman sehingga murid siap dalam menghadapi
lingkungan global yang sangat cepat sekali perubahannya.
Kecintaan pada profesi
sebagai guru akan membawanya pada sikap evaluasi diri yang tiada henti sehingga
mendorong terjadinya suatu proses belajar yang terbarukan. Profesinya akan
dijadikannya sebagai ladang kebaikan yang terus mengalir karena karyanya
(proses pembelajaran) membuahkan hasil yang bermakna kepada muridnya. ia
sebagai motivator ulung untuk anak didiknya di sekolah sehingga kedatangannya
akan selalu dirindukan dan apabila ia tidak hadir akan menimbulkan penyesalan
yang mendalam pada diri anak didiknya. Alangkah hebatnya negeri jika memiliki
sosok guru semacam ini. Ia mampu mengorkestrasikan kelasnya menjadi kelas yang
penuh inspirasi dengan daya juang tinggi.
Kelas hanyalah batasan geografis sekolah, maka jangan menjadikan guru
mati ide dalam menerapkan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan
efektif.
Penulis adalah guru SD Islam Al Azhar 11 Surabaya
Comments
Post a Comment